Desi Puspitasari Seharusnya Sabtu pagi itu menjadi hari yang cerah dan tenang bagi Helene. Pukul sembilan ia akan membuka toko dan menata karangan-karangan bunga sesuai rangkaian ciamik hasil kreasi tangannya. Lalu, ia akan membikin segelas teh lemon yang ditambahi sedikit gula—entah mengapa ia paling tidak bisa menghabiskan teh tawar sejak kecil—meletakkannya di salah satu meja di dalam toko. Tak perlu ada tambahan biskuit atau kudapan ringan untuk menemani ritual minum teh paginya. Ia tak ingin tubuhnya menjadi gembrot. Meski tak mungkin lagi jatuh cinta dan atau bercinta, Helene tetap ingin menjaga tubuhnya tetap ramping. Namun, dering telepon pagi itu membuyarkan segala rutinitas akhir pekan yang cerah dan menyenangkan. Seseorang di seberang sana memesan karangan bunga untuk kematian. Gangguan semacam ini tak pernah menjadi masalah bagi Helene karena untuk itulah ia membuka toko bunganya; menyediakan bunga baik untuk kegembiraan seperti pernikahan, pesta ulang tahun, lamara...