Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Perempuan yang Memegang Tali Anjing

Yetti A.KA Perempuan itu selalu datang bersama seekor anjing pudel ke toko buku yang hanya buka pada hari Minggu. Ia menambatkan tali anjing di sebuah tiang besi di halaman toko, berbicara sebentar kepada pudel berbulu krem kesayangannya-lebih banyak tentang larangan-larangan yang harus dipatuhi si pudel-sebelum ia masuk dan mencari buku yang akan dibacanya selama dua jam. Toko buku itu memang menyediakan buku-buku yang boleh dibaca oleh pengunjung. Pemiliknya sudah tentu orang yang murah hati atau-jika itu tidak berkaitan dengan kemurahan hati-mungkin saja ia sengaja membuka toko itu agar ada orang-orang yang mengunjunginya di akhir pekan dan membuatnya tidak kesepian. Pemilik toko buku, lelaki berusia 60-an tahun dan telah lama hidup sendirian. Perempuan yang selalu datang bersama anjing pudel-ia pelanggan tetap toko itu-tidak pernah berbicara dengan lelaki pemilik toko, sebab ia ke sana memang hanya untuk membaca buku dan itu membuatnya belum sekali pun pergi ke meja kasir temp

Sumur Gumuling

INDRA TRANGGONO Di Sumur Gumuling itu, jarum arloji tak lagi menyimpan kecemasan didera waktu. Di sini, waktu telah istirah, rebah dalam pelukan sunyi yang perkasa. Namun, gemuruh perasaan tetap saja memenuhi rongga dada laki-laki itu. Perasaan gamang yang menerbitkan rasa bimbang mengiringinya memasuki lapisan-lapisan labirin hingga ia sampai di Sumur Gumuling. Penampang sumur yang menyerupai lubang kue donat itu menyergapnya. Juga retak-retak bangunan tembok yang mengabarkan bangunan itu telah berusia ratusan tahun. Mata laki-laki itu menyapu ruang sekitar. Bulu kuduknya kontan meremang tapi dia tetap bertahan. “Di Sumur Gumuling, kamu bisa bertemu dengan Pangeran Jonggring. Bertanyalah soal nasibmu dan keselamatanmu.” Begitu guru spiritual laki-laki itu berpesan. Meskipun disebut Sumur Gumuling, situs ini sangat jauh dari bayangan orang tentang sumur pada umumnya. Tak ada air di sana. Apalagi kerek dan tali timba serta ember. Yang bisa ditemui hanyalah lubang dengan u

Masa Lalu di Meja Makan

Putu Oka Sukanta Frankfurt Oktober, diramaikan dedaunan yang bagaikan pemain sandiwara sibuk berganti pakaian warna-warni yang berubah-ubah. Angin bergurau dengan helai rambut yang tak tertutup topi, berjuntai di tepi telinga ketika aku berjalan cepat menuju rumah.  Semalam, sebelum tidur, aku sempat menyingkapkan kain tirai jendela untuk melihat apa yang sedang terjadi di luar. Cahaya lampu jalanan dan angin menderu menampilkan bayang-bayang menari bergoyang, tarian pepohonan yang dipadu suara nyanyian alam masih bisa kudengar sayup-sayup menembus celah daun jendela. Sore hari aku masih melihat seluruh pohonan bergaun hijau, tetapi sekarang sebagian sudah berbaju kekuningan. Sebagai anak petani yang datang dari negeri dipanggang matahari, aku tertegun dalam kenikmatan. Apalagi beberapa puluh tahun yang lalu, ketika pertama kali menengadahkan telapak tangan menampung butir-butir salju beterbangan dari langit kelabu. Mbak Ntin sudah keluar dari selimutnya, tempat tidurnya sudah

Di Bawah Bayang-bayang Gunung Sinai

Wilson Nadeak Di bawah matahari terik pagi aku berdiri di kaki piramida Gizeh yang mengerucut ke arah langit setinggi 147 meter. Dengan celana jins serta jaket kulit untuk menahan terpaan angin, aku menatap kubur kosong itu menjulang tinggi. Kaki piramida bagaikan permadani yang luas dan rata tanpa pepohonan, mengantarkan pemandangan ke kota di bagian selatan. Para raja Cheops (Khufu) mencoba mengabadikan tubuh, raga yang berharga yang diperlukan di “seberang” sana. Kekayaan para raja itu ironisnya menjadi bahan kehidupan bagi orang yang hidup ribuan tahun kemudian. Para penjarah kubur menggali kenangan masa lampau itu, menjualnya menjadi kenang-kenangan bagi pencinta benda konkret sejarah masa lalu dalam rawatan museum segala bangsa. Kubur itu telah kosong. Dalam kekosongan itu tertera sejumlah kisah, pada setiap batu yang bertindih, bagaikan sebuah keajaiban alam yang direkayasa. Orang-orang Ibrani yang diperbudak penguasa Firaun beratus-ratus tahun membangun sejumlah tugu bag