Muna Masyari Kali ini, untuk menggarap batik pesanan lelaki itu, ia memilih saat malam buta, di sebuah kamar berhias sarang laba-laba. Kamar penyimpan langut dan kemelut. Sebelumnya, hampir lima tahun pintu kamar itu dibiarkan terkatup serupa kebisuan mulut disumpal ujung selimut. Ditemani kompor kecil bertindih wajan berisi cairan malam, perempuan itu menggores kain putih yang serupa kafan dan dihampar di pangkuan dengan cantingnya. Menggambar pola. Dituntun suara yang memantul dari palung paling rahasia. Setiap celupan canting pada cairan malam adalah detak jantung si pemesan yang memantul ke palung dadanya. Di luar, jerit jangkrik beradu dengan desah gesekan daun pisang. Sebagai pembatik yang biasa menerima pesanan khusus, bagi perempuan itu, corak, warna, dan motif batik buatannya merupakan kesatuan rasa dan jiwa pemesan. Salah satu cara untuk bisa menjiwai saat menggarap batik pesanan, perempuan yang baru menginjak kepala empat itu mengajukan beberapa pertanyaan laiknya...