Kurnia Effendi Tangannya yang basah dan licin oleh sabun ikut tertegun. Ia mengenali kain dalam remasannya: batik tulis sekar jagad yang dia bikin hampir empat tahun lalu. Serta-merta ia membebaskan kain katun dengan warna sogan itu dari impitan pakaian yang lain, kemudian menciumnya. Bagai digerakkan kenangan masa silam, ia lekas mencari ujung kain dan menemukan torehan namanya di sana: Purwati. Masih tersisa jejak gondorukem tipis dalam hirupannya di antara bau lembap pakaian kotor. Kantung plastik besar bertuliskan nama toko itu menghimpun aneka busana, termasuk kaus perempuan dan kerudung. Punya siapa? Ia tak pernah sengaja menghafalkan baju-baju milik pelanggan yang dia cuci dan setrika. Namun, dengan sendirinya ia ingat beberapa pakaian yang berulang kali datang selama beberapa bulan ia bekerja di usaha laundry kiloan itu. Mungkin pelanggan baru, pikirnya. Disingkap-singkap timbunan pakaian lainnya, tidak ada yang dikenalnya selain kain batik itu. Melihat dari ragam uku...