Yetti A.KA Kakakku tiba-tiba menelepon. Ia bilang, terjadi tabrakan beruntun di depan rumahnya. Aku katakan kalau aku juga punya masalah. Bulu, seekor kucing Persia yang kuadopsi dua bulan lalu, hilang di dalam kandang. Kakakku bilang, pikirannya hitam, begitu hitam, dan kupastikan ia merasa putus asa dan tergugu di balik pintu rumahnya karena tidak sanggup membayangkan darah berceceran di jalan. Aku tahu ia memiliki trauma berat soal itu—juga masih banyak soal yang lain—tapi aku tidak sanggup untuk menyembunyikan kalau ada sesuatu yang juga menggangguku pada pagi ini dan ia mesti mendengarnya. Panggilan telepon memang sudah dimatikan kakakku. Namun, aku tetap mencoba menjelaskan kepadanya, ”Ketika aku bangun pagi ini, aku tidak menemukan Bulu. Padahal, ia berada di dalam kandang yang pintunya sengaja kukaitkan di malam hari, biar dia tidak keluar dan keluyuran. Kandang kucing itu memang kuletakkan di teras depan. Kau tahu aku tidak bisa memasukkannya ke dalam rumah. Nui dan Lo...